Laporan kkl Kelompok 1



ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE POINT CENTERED QUARTER
PADA TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN  
 Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Yang Dibina Oleh Bapak Dr. Hadi Suwono, M. Si.
dan Ibu Dr. Vivi Novianti, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 1/ offering A/ 2015
1.      Aushofusy Syarifah A            .           (150341606815)
2.      Gissa Adela P.W.                    (150341600860)
3.      Lelly Luckitasari                     (150341600339)
4.      M. Taufik Aji F.                     (150341602764)
5.      Nor Azizah                              (150341600287)
6.      Rido Sigit Wicaksono             (150341603332)
7.      Siti Nurhalizah                        (150341607130)


 






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2017
  BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).
Menurut Kimbal (1965) analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Lestari (2013),menyatakan bahwa Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Salah metode analisis vegetasi yaitu metode point centered quarter. Metode point centere quarter yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan di sepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Metode ini menjadi salah satu cara analisis vegetasi keberagaman pohon di Alas Purwo Banyuwangi saat kegiatan KKL Jurusan Biologi angkatan 2015.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara menganalisis vegetasi di Taman Nasional Alas Purwo menggunakan metode point centered quarter?
2.      Bagaimana hasil INP dari hasil analisis vegetasi di Taman Nasional Alas Purwo menggunakan metode point centered quarter
C.      Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu:
1.    Menganalisis vegetasi di alas purwo menggunakan metode point centered quarter.
2.      Menunjukkan hasil INP dari hasil analisis vegetasi di Taman Nasional Alas Purwo menggunakan metode point centered quarter
D.      Ruang Lingkup
Penelitian dilaksanakan di daerah taman nasional alas purwo pada transek 1 dari plot 1 sampai 25. Waktu penelitian dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Maret 2017, mulai pukul 07.00 WIB sampai selesai.
E.       Definisi Istilah
1.      Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan fakto-faktor lingkungan (Martono 2012).
2.      Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi merupakan cara pendeskripsian suatu tipe vegetasi berdasarkan komposisi floristik vegetasi yaitu dengan membuat daftar jenis suatu komunitas (Martono, 2012).
3.      PCQ (Point Centered Quarter)
PCQ (Point Centered Quarter) merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole) (Mitchell, 2007).
4.      Densitas Mutlak
Densitas mutlak didefinisikan sebagai jumlah pohon per unit area (Mitchell, 2007).
5.      Densitas Relatif
Densitas relatif dari setiap spesies didefinisikan sebagai presentase total jumlah observasi dari spesies (Mitchell, 2007).
6.      Dominansi mutlak
Dominansi mutlak dari tiap spesies yang dinyatakan sebagai basal areanya per hektar (Mitchell, 2007).
7.      Dominansi Relatif
Dominansi relatif spesies tertentu didefinisikan menjadi suatu dominansi mutlak yang tiap spesiesnya dibagi oleh total penutupan 100 kali untuk menyatakan hasilnya dalam presentase (Mitchell, 2007).
8.      Nilai Penting
Nilai penting merupakan harga yang didapatkan berdasarkan penjumlahan dari nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur.
9.      Frekuensi
Frekuensi merupakan variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi di suatu kawasan (Syafei, 1990)











BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Metode Analisis Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Martono, 2012).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungan nya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Tjitrosoepomo (2004), menyatakan bahwa Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.
Metode point center quarter merupakan metode jarak yang banyak digunkan untuk pohon dan semak. Parameter yang digunakan adalah frekuensi, densitas, dan dominasi. Jumlah individu dalam suatu area dapat ditentukan dengan densitas dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu area dpat ditentukan dengan mengukur jarak individu tumbuhan dengan titik sampling. Titik sampling merupakan titik dalam garis transek, pada titik tersebut dibagi 4 kuadran yang masing-masing terdapat individu tumbuhan jarak terdekat dengan titik sampling.(Martono, 2012)
Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method”merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter ³ 20 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi pohon > 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam (Martono, 2012).
B.     Hutan Pantai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah terbentuknya gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai. Secara umum, hutan ini terletak di tepi pantai, tumbuh pada tanah kering berpasir dan berbatu dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada di atas garis pasang tertinggi. Daerah penyebaran utama hutan pantai terdapat di Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi. Dilaporkan pada tahun 1990 luas hutan pantai tersisa ± 1 juta hektar (Fakuara, 1990) dan pada tahun 1996 tersisa 0,55 juta ha (Sugiarto dan Ekariyono, 1996).
Gambar 2.2 Hutan Pantai Alas Purwo


C.    Kondisi Geografis Hutan Alam Alas Purwo
Taman nasional Alas Purwo ini memiliki setidaknya 13 jenis bambu dan 548 jenis tumbuhan lain yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon. Tumbuhan khas dan endemik yang terdapat di taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), dan keben (Barringtonia asiatica). Kondisi alamnya yang masih alami membuat Taman Nasional Alas Purwo menjadi habitat yang cocok bagi berbagai satwa liar, seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus), banteng (Bos javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), rusa (Cervustimorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kucing bakau (prionailurus bangalensis javanensis), serta burung merak (Pavo muticus) dan ayam hutan (Gallus gallus). Tak hanya satwa darat, satwa air yang langka dan dilindungi seperti penyu mlekang (Lepidochelys olivacata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), serta penyu hijau (Chelonia mydas) juga menjadi penghuni di pantai selatan taman nasional ini (Pantai Ngagelan).  (Tim Taman Nasional Alas purwo, 2012)
Selain area hutan, Taman Nasional Alas Purwo juga memiliki padang savana bernama Sadengan dengan luas sekitar 20 hektar, terletak sekitar 12 km dari pintu masuk taman nasional di Pasar Anyar. Padang savana ini merupakan padang penggembalaan satwa liar seperti banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan, burung merak, ayam hutan, dan berbagai jenis burung lainnya. Sekitar 1,5 km dari padang savana Sadengan, terdapat Pantai Trianggulasi. Pantai Trianggulasi memiliki hamparan pasir putih yang cukup luas dengan formasi hutan pantai yang didominasi oleh pohon bogem dan nyamplung. (Tim Taman Nasional Alas purwo, 2012)
Lokasi ini cukup cocok untuk kegiatan wisata bahari, berkemah, maupun menyaksikan matahari tenggelam (sunset). Pantai ini juga menyediakan wisma tamu dan pesanggrahan yang dapat digunakan wisatawan sebelum melanjutkan penjelajahan ke objek-objek wisata berikutnya. Dari Pantai Trianggulasi, berjarak sekitar 5 km arah barat merupakan lokasi Pantai Ngagelan, tempat untuk menyaksikan berbagai jenis penyu. Pantai ini menjadi tujuan penyu untuk bertelur, serta menjadi lokasi khusus penangkaran penyu. Penyu-penyu tersebut umumnya mendarat di pantai pada bulan Januari sampai September setiap tahun (Tuheteru, F.D. dan Mahfudz, 2012).




























BAB III
METODOLOGI

A.    Rancangan penelitian
            Penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  • Peletakan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas tumbuhan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, sebaiknya dibuat suatu seri garis arah kompas (garis rintis) dalam komunitas tumbuhan yang akan diteliti, kemudian sejumlah titik contoh dipilih secara acak atau secara teratur sepanjang garis rintis tersebut.
  • Pembagian areal sekitar titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran sama. Hal ini dapat dilakukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan garis rintis itu sendiri dan suatu garis yang tegak lurus terhadap gads rintis tersebut melatui titik contoh.
·         Di dalam metode ini di setiap titik pengukuran dibuat garis absis dan ordinat khayalan, sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat buah quadran. Pilih saw pohon di setiap quadran yang letaknya paling dekat dengan titik pengukuran dan ukur jarak dari masing-masing pohon tersebut ke titik pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap keempat pohon yang terpilih.






B.     Waktu dan Tempat
            KKL Analisis Vegetasi dengan metode PCQ dilaksanakan pada Hari Jumat  24 Maret 2017 pada pukul 07.00 WIB-selesai. Tempat pelaksaannya yaitu di Taman nasional alas purwo Banyuwangi transek 1. Lokasinya terbagi menjadi 25 plot.
C.    Populasi dan sampel
            Populasi yang diamati berupa pohon yang berada di area plot dari kuadran 1,2 dan 4. Sampel pohon diambil dari 3 kuadran 25 plot.
D.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu klinometer, bendera, roll meter, lembar data, dan alat tulis sedangkan bahan yang digunakan hanya tali rafia.
E.     Teknik Pengumpulan Data
1. Arah  tertentu dibidik dengan menggunakan klinometer untuk mebuat plot.
2. Garis per plot dibuat sepanjang 10x10 meter. Plot ditandai dengan kuadran 1, 2, 3, 4.
3. Ditentukan pohon yang terdekat dari titik pusat sesuai dengan arah mata angin dari keempat penjuru dengan syarat diameter pohon minimal 30 cm2. Pohon yang diukur yang ada pada kuadran 1,2, dan 4.
4. Jarak pohon ke titik pusat diukur, dan diameter pohon tersebut dihitung berdasarkan data keliling batang pohon yang telah diukur setinggi dada.
5. Kemudian tabulasi data dibuat, dan dianalisis.
6. Pengamatan dilakukan pada 3 kuadrat dengan ulangan plot sebanyak 25 kali
F.     Teknik Analisis Data
Berbagai karakter tumbuhan dapat diukur, biasanya parameter vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP dapat diperoleh dengan berbagai cara metode sampling.
Perhitungan besaran nilai kuantitatif parameter vegetasi adalah sebagai berikut:


Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran
              d   =  d1 + d2 + ..........+ dn
                                       n

dimana:
d  =  jarak individu potion ke titik pengukuran di setiap quadran
n  =  banyaknya pohon
d  =  rata-rata unit area/ind., yaitu rata-rata luasan permukaan tanah yang  diokupasi oleh satu individu tumbuhan.

Kerapatan total semua jenis (K)
K=  Unit Area
           (d) 2
1.    Densitas
Densitas (kerapatan) adalah jumlah cacah individu suatu spesies per satuan
luas. Luas tersebut  dalam meter persegi (m2).
Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh spesies
                                                                 Luas area cuplikan
Perhitungan di atas adalah perhitungan densitas absolut atau disebut juga densitas aktual. Untuk tujuan tertentu akan sangat berguna bila konstribusi cacah individu dari satu spesies diekspresikan sebagai hubungan antara cacah individu suatu spesies dengan total cacah individu seluruh spesies yang akan ditemukan di dalam seluruh plot yang dikaji. Ini disebut sebagai densitas relatif.
Densitas relatif spesies A =        Total cacah individu spesies A   x 100 %                                                      Jumlah total cacah individu seluruh spesies
2.    Frekuensi
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesies yang ditemukan pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau berapa kali munculnya suatu spesies pada plot yang diteliti. Frekuensi diekspresikan sebagai presentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A =        Jumlah plot terdapatnya spesies A   x 100 %
                                        Jumlah seluruh plot yang dicuplik
Frekuensi dapat dinyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat juga diekspresikan dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A =        Total frekuensi spesies A   x 100 %
                                          Jumlah total frekuensi seluruh spesies
3.    Dominansi
Dominansi suatu spesies dapat ditentukan dengan mengukur basal area pohon atau penutup (coverage) pohon atau herba. Luas basal area suatu jenis pohon dapat diperoleh dari diameter pohon setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Bila pohonnya mempunyai akar banir maka diameter pohon diukur langsung di atas banirnya. Penutup pohon atau herba adalah luas proyeksi tajuk atau kanopi pohon atau herba. Penentuannya hampir mirip dengan penentuan densitas, satuannya adalah cm2 atau m2.
4.    Indeks Nilai Penting (INP)
Merupakan penjumlahan nilai relatif dari frekuensi, kerapatan (densitas) dan dominansi suatu jenis. INP sering dipakai karena memudahkan dalam interprestasi hasil analisis vegetasi.


















BAB IV
HASIL DATA DAN ANALISIS DATA

  1. Data Pengamatan
Tabel 4.1 Data hasil Pengamatan PCQ (Point Centered Quarter)

Titik
Sampling
No.
Kuadran
Jarak
(cm)
Nama Tumbuhan
Keliling
Pohon
(cm)
Tinggi
Pohon
(α, Jarak Pengamatan (cm))

Diameter
Pohon
(cm)
Tinggi
Pohon
(cm)
1

1
120
Mammea odorata
70
(45ο, 320)
22,29
460
2
-
-
-
-
-
-
3
220
Mammea odorata
55
(45ο, 320)
17,52
460
4
460
Mammea odorata
59
(60ο, 400)
18,79
832
2
1
-
-
-
-
-
-
2
170
Pongamia pinnata
37
(30ο, 300)
11,78
313
3
200
Guettarda speciosa
33
(40ο, 200)
10,51
308
4
280
Pongamia pinnata
35
(40ο, 420)
11,15
492
3
1
360
Hernandia peltata
50
(20ο, 420)
15,92
293
2
-
-
-
-
-
-
3
340
Alastonia spectabilis
46
(30ο, 490)
14,65
423
4
280
Pongamia pinnata
45
(40ο, 500)
14,33
560
4
1
-
-
-
-
-
-
2
75
Alastonia spectabilis
75
(20ο, 1500)
23,89
686
3
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
5
1
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
3
330
Alastonia spectabilis
50
(20ο, 560)
15,92
344
4
380
Alastonia spectabilis
80
(20ο, 700)
25,48
395
6
1
250
Hernandia peltata
85
(20ο, 850)
27,07
449
2
250
Alastonia spectabilis
80
(10ο, 260)
25,48
186
3
-
-
-
-
-
-
4
320
Alastonia spectabilis
60
(10ο, 450)
19,11
219
7
1
290
Alastonia spectabilis
45
(10ο, 400)
14,33
211
2
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
4

Alastonia spectabilis
50
(10ο, 400)
15,92
211
8
1
-
-
-
-
-
-
2
480
Sweetenia microphylla
80
(10ο, 250)
25,48
184
3
-
-
-
-
-
-
4
480
Alastonia spectabilis
75
(10ο, 750)
24,84
272
9
1
450
Alastonia spectabilis
70
(10ο, 360)
22,29
203
2
200
Guettarda speciosa
100
(10ο, 540)
31,85
235
3
-
-
-
-
-
-
4
440
Pongamia pinnata
130
(10ο, 580)
41,40
242
10
1
470
Sweetenia microphylla
90
(40ο, 630)
28,66
669
2
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
4
400
Alastonia spectabilis
45
(20ο, 320)
14,33
256
11
1
-
-
-
-
-
-
2
60
Guettarda speciosa
140
(20ο, 650)
44,59
376
3
-
-
-
-
-
-
4
370
Guettarda speciosa
100
(10ο, 480)
31,85
225
12
1
300
Sweetenia microphylla
240
(20ο, 1250)
76,43
595
2
-
-
-
-
-
-
3
280
Sweetenia microphylla
100
(15ο, 380)
31,85
202
4
-
-
-
-
-
-
13
1
410
Sweetenia microphylla
200
(30ο, 900)
63,69
660
2
360
Sweetenia microphylla
70
(30ο, 480)
22,29
417
3
200
Sweetenia microphylla
180
(20ο, 550)
57,32
340
4
170
Sweetenia microphylla
160
(20ο, 600)
50,95
358
14
1
-
-
-
-
-
-
2
300
Strebilus asper
38
(40ο, 320)
12,10
409
3
385
Sweetenia microphylla
55
(30ο, 580)
17,51
475
4
-
-
-
-
-
-
15
1
2
3
4
-
110
370
-
-
Sijigium littorale
Sijigium littorale
-
-
90
220
-
-
(70°, 470 )
(15°, 850 )
-
-
28,66
70,06
-
-
442,22
239,14
-
16
1
2
3
4
-
460
-
120
-
Sijigium littorale
-
Asadiran indica
-
170
-
100
-
(20°, 820 )
-
(20°, 500 )
-
54,14
-
31,85
-
307,43
-
183,68
17
1
2
3
4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18
1
2
3
4
170
-
500
-
Azadirachta indica
-
Azadirachta indica
-
150
-
420
-
(20°, 300 )
-
(20°, 860 )
-
47,77
-
133,75
-
201,87
-
321,99
-
19
1
2
3
4
340
-
-
400
Azadirachta indica
-
-
Sweetenia macrophylla
220
-
-
120
(20°, 730 )
-
-
(10°, 300 )
70,06
-
-
38,22
263,75
-
-
210,53
20
1
2
3
4
480
-
-
-
Sweetenia macrophylla
-
-
-
55
-
-
-
(20°, 600 )
-
-
-
17,51
-
-
-
314,71
-
-
-
21
1
2
3
4
300
-
430
-
Asadiran indica
-
Asadiran indica
-
140
-
120
-
(20°, 470 )
-
(20°, 540 )
-
136,86
-
38,22
-
249,19
-
296,51
-
22
1
2
3
4
240
-
140
-
Sijigium littorale
-
Sijigium littorale
-
105
-
110
-
(30°, 420 )
-
(35°, 460 )
-
33,44
-
35,03
-
278,56
-
238,03
-
23
1
2
3
4
-
340
310
-
-
Azadirachta indica
Azadirachta indica
-
-
170
100
-
-
(10°, 400 )
(10°, 370 )
-
-
166,86
31,85
-
-
199,95
194,66
-
24
1
2
3
4
-
280
250
270
-
Sweetenia macrophylla
Sweetenia macrophylla
Sweetenia macrophylla
-
100
250
100
-
(10°, 380 )
(20°, 580 )
(30°, 430 )
-
31,85
79,62
31,85
-
189,37
230,99
295,88
25
1
2
3
4
-
530
-
160
-
Azadirachta indica
-
Azadirachta indica
-
360
-
130
-
(30°, 600 )
-
(30°, 230 )
-
356,86
-
41,40
-
445,99
-
232,38



Tabel 4.2 Data factor Abiotik
Plot
Factor abiotik
Suhu udara (oC)
Kelembapan
Udara (%)
Suhu tanah (oC)
1
32
60
29
2
34
60
30
3
33
60
30
4
33
60
30
5
33
60
31
6
33
60
30
7
34
61
31
8
34
60
30
9
34
60
30
10
33
61
31
11
34
60
31
12
34
58
29
13
33
58
29
14
33
56
30
15
32
59
29
16
32
61
30
17
31
65
30
18
32
66
30
19
32
66
30
20
32
68
29
21
33
66
29
22
31
68
29
23
32
70
29
24
31
70
29
25
32
70
29



B.       Analisis Data

Perhitungan Basal Area
BA = ¼ Ï€d2
·         Plot 1
Kuadran 1 (Mammea odorata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (22,29)2
BA = 390,02 cm2
Kuadran 3 (Mammea odorata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (17,52)2
BA = 240,96 cm2
Kuadran 4 (Mammea odorata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (18,79)2
BA = 277,16 cm2

·         Plot 2
Kuadran 2 (Pongamia pinnata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (11,78)2
BA = 108,93 cm2

Kuadran 3 (Guettarda speciosa)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (10,51)2
BA = 86,71 cm2
Kuadran 4 (Pongamia pinnata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 97,59 cm2

·         Plot 3
Kuadran 1 (Hernandia peitata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (15,92)2
BA = 198,95 cm2
Kuadran 3 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,65)2
BA = 168,48 cm2
Kuadran 4 (Pongamia pinnata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 161,19 cm2

·         Plot 4
Kuadran 2 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (23,89)2
BA = 448,02 cm2

·         Plot 5
Kuadran 3 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (15,92)2
BA = 198,96 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (25,48)2
BA = 509,65 cm2

·         Plot 6
Kuadran 1 (Hernandia peitata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (27,07)2
BA = 575,24 cm2
Kuadran 2 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (25,48)2
BA = 509,65 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (19,11)2
BA = 286,68 cm2

·         Plot 7
Kuadran 1 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 161,19 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (15,92)2
BA = 198,96 cm2

·         Plot 8
Kuadran 2 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (25,48)2
BA = 509,65 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (24,84)2
BA = 484,37 cm2

·         Plot 9
Kuadran 1 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (22,29)2
BA = 390,02 cm2
Kuadran 2 (Guettarda speciosa)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
Kuadran 4 (Pongamia pinnata)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (41,4)2
BA = 1.345,46  cm2

·         Plot 10
Kuadran 1 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (28,66)2
BA = 644,79 cm2

Kuadran 4 (Alashtonia spectabilis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 161,19 cm2

·         Plot 11
Kuadran 2 (Guettarda speciosa)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (44,59)2
BA = 1.560,79 cm2
Kuadran 4 (Guettarda speciosa)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2

·         Plot 12
Kuadran 1 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (76,43)2
BA = 4.585,61 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2

·         Plot 13
Kuadran 1 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (63,69)2
BA = 3.184,29 cm2
Kuadran 2 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (22,29)2
BA = 390,02 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (57,32)2
BA = 2.579,18 cm2
Kuadran 4 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (50,95)2
BA = 2.037,78 cm2

·         Plot 14
Kuadran 2 (Strebilus asper )
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (12,10)2
BA = 114,93 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (17,51)2
BA = 240,68 cm2

·         Plot 15
Kuadran 2 (Sijigium littorale)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (28,66)2
BA = 644,80 cm2
Kuadran 3 (Sijigium littorale)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (70,06)2
BA = 3.853,09cm2


·         Plot 16
Kuadran 2 (Sijigium littorale)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (54,14)2
BA = 2.300,95 cm2
Kuadran 3 (Tectona grandis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32cm2

·         Plot 18
Kuadran 2 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (47,77)2
BA = 1791,35 cm2
Kuadran 3 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (133,75)2
BA = 14.042,91 cm2

·         Plot 19
Kuadran 1 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (70,06)2
BA = 3853,09 cm2
Kuadran 4 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (38,22)2
BA = 1.146,70 cm2

·         Plot 20
Kuadran 1 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (17,51)2
BA = 240,68 cm2

·         Plot 21
Kuadran 1 (Tectona grandis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (136,86)2
BA = 14.703,57 cm2
Kuadran 1 (Tectona grandis)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (38,22)2
BA = 1146,7 cm2

·         Plot 22
Kuadran 1 (Sijigium littorale)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (33,44)2
BA = 877,81 cm2
Kuadran 3 (Sijigium littorale)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (35,03)2
BA = 963,58 cm2

·         Plot 23
Kuadran 2 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (166,86)2
BA = 21.856,17 cm2
Kuadran 3 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2


·         Plot 24
Kuadran 2 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (79,62)2
BA = 4.976,39 cm2
Kuadran 4 (Sweetenia macrophylla)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2

·         Plot 25
Kuadran 2 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (356,86)2
BA = 99.969,01 cm2
Kuadran 4 (Azadirachta indica)
BA = ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (41,4)2
BA = 1.345,45 cm2

Rata-rata jarak             =   =  1635 cm
Densitas mutlak          = basal area x rata-rata jarak
                                    = 303.448,05 x 1635 = 496.137.561,8
Jumlah pohon per 100 m2        =      
                                                =      =   0,000037408
Penghitungan densitas mutlak
Nama spesies
Jumlah
Jumlah kapasitas tumbuhan per 100 m2
Mammea odorata
0,0555555556
0,0000020782
Pongamia pinnata
0,074074074
0,00000277096
Guettarda speciosa
0,074074074
0,00000277056
Hernandia peitata
0,037037037
0,00000138548
Alastonia spectabilis
0,203703703
0,00000762014
Sweetenia macrophylla
0,259259259
0,00000969837
Strebius asper
0,018518518
0,00000692740
Sijigium littorale
0,092592592
0,00000346370
Tectona grandis         
0,55555555
0,00000207822
Azadirachta indica
0,129629629
0,00000484918
TOTAL
0,00004364183

Penghitungan Densitas Relatif
Densitas Relatif =

Mammea odorata        =
Pongamia pinnata       =
Guettarda speciosa     =
Hernandia peitata       =
Alastonia spectabilis    =
Sweetenia macrophylla=
Strebius asper              =
Sijigium littorale          =
Tectona grandis          =
Azadirachta indica      =

Menghitung Dominansi
Dominansi mutlak =   x Jumlah/100 m)
Dominansi relative =

Nama Species

Dominansi mutlak

x Jumlah/100 m2)
Dominansi Relatif
(%)
Mammea odorata
302,7
0,00062907114
0,47
Pongamia pinnata
428,3
0,001186630848
0,89
Guettarda speciosa
810
0,0022441536
1,7
Hernandia peltata
387,1
0,0005363198809
0,4
Alastonia spectabilis
305,1
0,002324907192
1,76
Sweetenia macrophylla
1637,5
0,015881081
12,04
Strobilus asper
114,93
0,000796166911
0,6
Sijigium littorale
1728,1
0,005985626333
4,5
Tectona grandis
5548,9
0,011531847
8,7
Azadirachta indica

18716,3
0,090758804
68,82
Jumlah

0,131874608


Menghitung Frekuensi
Frekuensi mutlak =
Frekuensi relative =

Nama Species
Frekuensi mutlak
Frekuensi relative (%)
Mammea odorata
4
2,86
Pongamia pinnata
12
8,57
Guettarda speciosa
12
8,57
Hernandia peltata
8
5,71
Alastonia spectabilis
28
20
Sweetenia macrophylla
32
22,86
Strobilus asper
4
2,86
Sijigium littorale
16
11,43
Tectona grandis
8
5,71
Azadirachta indica

16
11,43

Menghitung INP
INP = Densitas relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
Nama Species
Densitas
Relatif
(%)
Frekuensi Relatif (%)
Dominansi
Relatif
(%)
INP
(%)
Rangking
Mammea odorata
4,76
2,86
0,47
8,09
10
Pongamia pinnata
7,6
8,57
0,89
17,06
7
Guettarda speciosa
6,34
8,57
1,7
16,61
8
Hernandia peltata
3,17
5,71
0,4
9,28
9
Alastonia spectabilis
17,46
20
1,76
39,22
3
Sweetenia macrophylla
22,22
22,86
12,04
57,12
2
Strobilus asper
15,87
2,86
0,6
19,33
6
Sijigium littorale
7,94
11,43
4,5
23,87
5
Tectona grandis
11,11
5,71
8,7
25,52
4
Azadirachta indica

4,76
11,43
68,82
85.01
1


BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa spesies tumbuhan yang memiliki nilai angka penting di kawasan Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi yaitu,  spesies yang memiliki nilai angka penting paling besar  ialah Azadirachta indica, dengan indeks nilai penting sebesar 85,01 %, sedangkan spesies tumbuhan yang memiliki nilai angka penting paling rendah pada vegetasi tersebut ialah Mammea odorata, dengan indeks nilai penting sebesar 8,09 %. Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo termasuk tinggi. Diketahui lebih dari 700 jenis tumbuhan mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipe/formasi vegetasi.  Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki). Selain itu tumbuhan yang sering dijumpai yaitu ketapang (Terminalia catapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 10 jenis bambu (Alas Purwo National Park, 2012).
Azadirachta indica atau yang biasannya dikenal dengan Pohon Mimba ini memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
Marga : Azadirachta
Jenis : Azadirachta indica
Nama umum/dagang : Mimba
Nama daerah
Jawa : Memba (Madura)


Deskripsi
Habitus            : Pohon, tahunan, tinggi 5-25 m
Batang               : Berkayu, Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar
Daun                 : Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,panjang 3-10,5 cm, Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan.
Bunga                :Majemuk, dalam karangan, di ketiak daun, ibu tangkai bunga silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.
Buah                  : Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning
Biji                    : Biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih.
Akar                  : Tunggang, coklat.
(Soerianegara and Lemmens 1993).
Azadirachta indica merupakan tanaman yang memiliki indeks nilai penting yang paling tinggi dari pada tumbuhan yang didapatkan saat pengamatan PCQ  yakni sebesar 85,01 %, hal ini berarti Azadirachta indica merupakan spesies yang mendominasi, yaitu spesies yang paling banyak ditemukan di setiap kuadran titik sampling pada analisis dengan metode point centered quareter. Pendominansian ini menunjukkan bahwa Azadirachta indica memiliki toleransi hidup yang lebih tinggi dibandingkan spesies tumbuhan lain untuk hidup dalam kawasan vegetasi tersebut. Faktor ini mendukung tumbuhan Azadirachta indica  untuk memenangkan kompetisis antar spesies pada ekosistem di daerah Triangulasi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo.  Bila dikaitkan dengan tempat ditemukannya, Azadirachta indica ditemukan hanya pada plot 18- plot 25, dimana plot tersebut rata-rata memiliki factor abiotik sebagai berikut :

·         Suhu luar : 32° C
·         Kelembapan udara: 68%
·         Suhu Tanah : 29°C
Faktor abiotik inilah yang membuat tumbuhan  Azadirachta indica mampu hidup baik dikawasan Triangulasi. Selain itu hal ini juga didukung oleh pernyataan yang menyatakan bahwa Azadirachta indica merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan tumbuh liar dihutan jati serta didekat pantai. Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung dan tahan hidup ditanah gersang. Di Indonesia, Azadirachta indica tumbuh liar di hutan dan di tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-tepi jalan sebagai pohon perindang. Banyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka (Backer dan Van der Brink, 1965).
Mammea odorata atau yang biasannya disebut dengan Nyamplung ini memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi:Spermatophyta
Kelas:Magnoliopsida
Bangsa: Dicotyledoneae
Suku:Guttiferales
Marga:Mammea
Jenis: Mammea odorata
Mammea odorata merupakan tanaman yang memiliki indek nilai penting yang paling rendah dibandingkan dengan tumbuhan jenis lain saat pengamatan PCQ  yakni sebesar 8,09 %, hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut sangat jarang ditemukan pada tiap titik sampling.
Bila dikaitkan dengan tempat ditemukannya, Filicium decipiens ditemukan hanya pada plot 1, dimana plot tersebut rata-rata memiliki factor abiotik sebagai berikut :
·         Suhu luar : 34°C
·         Kelembapan udara: 60%
·         Suhu Tanah : 30°C
·         Kelembapan Dalam: 0,5
Dilihat dari factor abiotik pada daerah plot 1 ini sangat berbeda, terlihat bahwa tumbuhan Mammea odorata tidak ditemukan pada plot yang lain,  tumbuhan ini mampu tumbuh di plot satu yang merupakan daerah terdekat dengan pantai,  karena menurut Soerianegara dan Lemmens (1993) menyatakan bahwa habitat  Mammea odorata pada tanah berpasir yang terdapat di daerah tepi sungai dan tepi pantai yang berudara panas.


























BAB VI
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Analisis vegetasi menggunakan metode point centered quarter menggunakan nilai dominansi relatif, densitas relative dan frekuensi relative untuk menentukan hasil INP suatu tumbuhan.
2.    Berdasarkan analisis statistik diketahui spesies yang memiliki nilai angka penting paling besar  ialah Azadirachta indica dengan indeks nilai penting sebesar 85,01 %, sedangkan spesies tumbuhan yang memiliki nilai angka penting paling rendah pada vegetasi tersebut ialah Mammea odorata dengan indeks nilai penting sebesar 8,09 %.

B.       Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka :
1.    Disarankan kepada mahasiswa yang melakukan penelitian selanjutnya untuk lebih teliti dalam melakukan penelitian.
2.    Disarankan kepada mahasiswa untuk ikut berperan dalam menjaga kelestarian alam di sekitar kita.
3.    Disarankan kepada masyarakat luas untuk tetap menjaga keanekaragaman tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar.
4.    Disarankan kepada masyarakat umum untuk tidak menggunakan sumber daya alam khususnya tumbuh-tumbuhan secara berlebihan.








DAFTAR RUJUKAN

Cottam, C. & Curtis, J. T. 1956.  The use of distance measures in phytosociological sampling. Ecology, 37(3) 451-460. USA : Yale Univesity

Fakuara MY. 1990. Pengantar  Bioteknologi Kehutanan. Bogor : Dirjen Pendidikan Tinggi dan PAU IPB.

Gembong Tjitrosoepomo. 1993. Taksonomi Umum. 1993. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Kimball. 1999.  Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga.
Lestari, Irene. 2013. Analisis Kesesuaian Vegetasi Lokal Untuk Ruang Terbuka Hijau Jalur Jalan di Pusat Kota Kupang. Malang : Universitas Brawijaya
Martono, Djoko Setyo. 2012. Agritek. Analisis Vegetasi dan Asosiasi antara Jenis-jenis Pohon Utama penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gunuung Rinjani Nusa Tenggara Barat vol 13 (2). (Online), (http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal%20Agritek/Jurnal%20Agri-tek%202012/September/3_Djoko%20SM%20hal %2018-27.pdf), diakses pada 24 April 2014.
Mitchell, Kevin. 2007. Quantitative Analysis by the Point-Centered Quarter Method. NewYork : Hobart and William Smith Colleges.
Soerianegara, I. and Lemmens, R.H.M.J. 1993. Plant resources of South-east Asia 5(1): timber trees: major commercial timbers. Wageningen : Netherlands.Pudoc Scientific Publishers.
Steenis, V. 1981. Flora “Untuk Sekolah di Indonesia”. Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita.
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
Sugiarto., Willy Ekariyono. 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar Swadaya
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Tim Taman Nasional Alas Purwo. 2012. Data Statistik Balai Taman Nasional Alas Purwo Tahun 201 2. Banyuwangi :Balai Taman Nasional Alas Purwo.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tuheteru, F.D. dan Mahfudz. 2012. Ekologi, Manfaat & Rehabilitasi, Hutan
Pantai Indonesia. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.






























Lampiran
Tabel Data Spesies tanaman yang ditemukan
No
Nama Taksa
Keterangan
Gambar
1.
Mammea odorata
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Dicotyledoneae
Familia: Guttiferales
Genus: Mammea
Spesies: Mammea odorata

2
Pongamia pinnata
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Rosales
Famili: Ceasalpiniaceae
Genus:
Pongamia
Spesies: Pongamia pinnata


3
Guettarda speciosa
Kingdom: Plantae
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili:
Rubiaceae
Genus:
Guettarda
Spesies: Guettarda speciosa Linn.
4
Hernandia peltata
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Ranales
Famili : Hernandiaceae
Genus : Hernandia
Spesies : Hernandia peltata Meissn.

5
Alastonia spectabilis
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apocynales
Famili: Apocynnaceae
Genus:
Alstonia
Spesies: Alstonia spectabilis

6
Sweetenia macrophylla
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta
 Sonokeling
Ordo: Swetenia
Famili: Meliaceae
 Genus: Swetenia
Spesies: Swetenia makrophila



7
Streblus asper
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Spermatophyta
 Kelas: Magnoliopsida
Ordo:Urticales                                                                         Famili: Moraceae
Genus: Streblus                       
Spesies: Streblus asper Lour

8
Syzygium littorale
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus:
Syzygium
Spesies: Syzygium littorale


9
Tectona grandis
Kingdom  : Plantae
Divisi        : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas         : Dycotyledoneae
Ordo          : Verbenales
Famili        : Verbenaceae
Genus         : Tectona
Spesies      : Tectona grandis L.





10.
Azadirachta indica

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Familia : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica



Komentar

  1. Wahh terimakasih kak ilmunya

    BalasHapus
  2. terima kasih kembali kak uswatun hasanah

    BalasHapus
  3. terimakasih kembali kakak sm*shblast pandaan city. maaf kalau pengetikan namanya salah

    BalasHapus
  4. Wah nice info gan. Mudah sekali dipahami. Semangat terus ya

    BalasHapus
  5. Sangat bermanfaat sis 😊

    BalasHapus
  6. Bagus zah. Semoga ilmunya bisa bermanfaat sampai kedepannya nanti 😊

    BalasHapus
  7. Bagus. Semoga bermanfaat. Lebih baik jika dilampirkan dengan gambar ketika praktikum

    BalasHapus
  8. Nice information, semangat untuk terus menulis walaupun sudah lulus matakuliah ekologi

    BalasHapus
  9. penulisan sudah rapi dan pembahasan sudah jelas :) terimakasih infonya

    BalasHapus
  10. Penulisan sudah baik, suggestionnya lebih baik ditata kembali ketika copas dari word ke blog karena biasanya sering terubah formatnya, agar lebih rapi lagi. Overall, great! semangaat zizaah :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ecology