Laporan kkl Kelompok 1
ANALISIS
VEGETASI DENGAN METODE POINT CENTERED QUARTER
PADA TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI
LAPORAN KULIAH
KERJA LAPANGAN
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Ekologi
Yang Dibina Oleh Bapak Dr.
Hadi Suwono, M. Si.
dan Ibu Dr. Vivi Novianti,
S.Si., M.Si.
Disusun Oleh
:
Kelompok
1/ offering A/ 2015
1. Aushofusy Syarifah A . (150341606815)
2. Gissa Adela P.W. (150341600860)
3. Lelly Luckitasari (150341600339)
4. M. Taufik Aji F. (150341602764)
5. Nor Azizah (150341600287)
6. Rido Sigit Wicaksono (150341603332)
7. Siti Nurhalizah (150341607130)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Analisis
komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi
yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan
asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat.
Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah
untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah
yang dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).
Menurut Kimbal (1965) analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan
yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Lestari (2013),menyatakan bahwa Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode
untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Salah metode analisis vegetasi yaitu
metode point centered quarter.
Metode point centere quarter yaitu metode yang
penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan di sepanjang garis transek.
Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis.
Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap
titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat
titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik
pusat kuadran. Metode ini menjadi salah satu cara analisis vegetasi keberagaman
pohon di Alas Purwo Banyuwangi saat kegiatan KKL Jurusan Biologi angkatan 2015.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara menganalisis
vegetasi di Taman Nasional Alas Purwo menggunakan metode point centered quarter?
2.
Bagaimana hasil
INP dari hasil analisis vegetasi di Taman Nasional Alas Purwo menggunakan
metode point centered quarter
C.
Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis vegetasi di alas purwo menggunakan metode
point centered quarter.
2. Menunjukkan hasil INP dari hasil analisis vegetasi di
Taman Nasional Alas Purwo menggunakan metode point centered quarter
D.
Ruang
Lingkup
Penelitian dilaksanakan di daerah taman nasional alas purwo pada transek 1
dari plot 1 sampai 25. Waktu
penelitian dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Maret 2017,
mulai pukul 07.00 WIB sampai selesai.
E.
Definisi
Istilah
1.
Vegetasi
Vegetasi
adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan
hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu-individu tersebut terdapat
interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan
binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan fakto-faktor lingkungan
(Martono 2012).
2.
Analisis
Vegetasi
Analisis
vegetasi merupakan cara pendeskripsian suatu tipe vegetasi berdasarkan
komposisi floristik vegetasi yaitu dengan membuat daftar jenis suatu komunitas
(Martono, 2012).
3.
PCQ
(Point Centered Quarter)
PCQ
(Point Centered Quarter) merupakan salah satu metode jarak (Distance
Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya
digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole) (Mitchell, 2007).
4.
Densitas
Mutlak
Densitas
mutlak didefinisikan sebagai jumlah pohon per unit area (Mitchell, 2007).
5.
Densitas
Relatif
Densitas
relatif dari setiap spesies didefinisikan sebagai presentase total jumlah
observasi dari spesies (Mitchell, 2007).
6.
Dominansi
mutlak
Dominansi
mutlak dari tiap spesies yang dinyatakan sebagai basal areanya per hektar
(Mitchell, 2007).
7.
Dominansi
Relatif
Dominansi
relatif spesies tertentu didefinisikan menjadi suatu dominansi mutlak yang tiap
spesiesnya dibagi oleh total penutupan 100 kali untuk menyatakan hasilnya dalam
presentase (Mitchell, 2007).
8.
Nilai
Penting
Nilai
penting merupakan harga yang didapatkan berdasarkan penjumlahan dari nilai
relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur.
9.
Frekuensi
Frekuensi
merupakan variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi di suatu kawasan
(Syafei, 1990)
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Metode
Analisis Vegetasi
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Martono, 2012).
Vegetasi,
tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungan
nya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Tjitrosoepomo (2004), menyatakan bahwa
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan
vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas
adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu
wilayah yang dipelajari.
Metode point center quarter merupakan metode
jarak yang banyak digunkan untuk pohon dan semak. Parameter yang digunakan
adalah frekuensi, densitas, dan dominasi. Jumlah individu dalam suatu area
dapat ditentukan dengan densitas dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu
area dpat ditentukan dengan mengukur jarak individu tumbuhan dengan titik
sampling. Titik sampling merupakan titik dalam garis transek, pada titik
tersebut dibagi 4 kuadran yang masing-masing terdapat individu tumbuhan jarak
terdekat dengan titik sampling.(Martono, 2012)
Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter
Method”merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan
petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat
pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang
(saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur
vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter ³ 20
cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10
cm dan tinggi pohon > 2,5 m adalah pancang, serta tinggi
pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan
metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus
acak dan tidak mengelompok atau seragam (Martono, 2012).
B.
Hutan
Pantai
Daerah pantai
merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena
hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan
ke arah darat. Setelah terbentuknya gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan
yang dinamakan hutan pantai. Secara umum, hutan ini terletak di tepi pantai,
tumbuh pada tanah kering berpasir dan berbatu dan tidak terpengaruh oleh iklim
serta berada di atas garis pasang tertinggi. Daerah penyebaran utama hutan
pantai terdapat di Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi. Dilaporkan pada tahun
1990 luas hutan pantai tersisa ± 1 juta hektar (Fakuara, 1990) dan pada tahun
1996 tersisa 0,55 juta ha (Sugiarto dan Ekariyono, 1996).
Gambar 2.2 Hutan Pantai Alas Purwo
C.
Kondisi
Geografis Hutan Alam Alas Purwo
Taman nasional Alas Purwo ini memiliki setidaknya 13 jenis bambu dan
548 jenis tumbuhan lain yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan
pohon. Tumbuhan khas dan endemik yang terdapat di taman nasional ini yaitu sawo
kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan
lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum
inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), dan keben (Barringtonia asiatica).
Kondisi alamnya yang masih alami membuat Taman Nasional Alas Purwo menjadi
habitat yang cocok bagi berbagai satwa liar, seperti lutung budeng
(Trachypithecus auratus), banteng (Bos javanicus), ajag (Cuon alpinus
javanicus), rusa (Cervustimorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas),
kucing bakau (prionailurus bangalensis javanensis), serta burung merak (Pavo
muticus) dan ayam hutan (Gallus gallus). Tak hanya satwa darat, satwa air yang
langka dan dilindungi seperti penyu mlekang (Lepidochelys olivacata), penyu
belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), serta
penyu hijau (Chelonia mydas) juga menjadi penghuni di pantai selatan taman
nasional ini (Pantai Ngagelan). (Tim Taman Nasional Alas purwo, 2012)
Selain area hutan, Taman Nasional Alas Purwo juga memiliki padang
savana bernama Sadengan dengan luas sekitar 20 hektar, terletak sekitar 12 km dari pintu masuk
taman nasional di Pasar Anyar. Padang savana ini merupakan padang penggembalaan
satwa liar seperti banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan, burung merak,
ayam hutan, dan berbagai jenis burung lainnya. Sekitar 1,5 km dari padang
savana Sadengan, terdapat Pantai Trianggulasi. Pantai Trianggulasi
memiliki hamparan pasir putih yang cukup luas dengan formasi hutan pantai yang
didominasi oleh pohon bogem dan nyamplung. (Tim Taman Nasional Alas
purwo, 2012)
Lokasi ini cukup cocok untuk kegiatan wisata bahari, berkemah, maupun
menyaksikan matahari tenggelam (sunset). Pantai ini juga menyediakan wisma tamu
dan pesanggrahan yang dapat digunakan wisatawan sebelum melanjutkan
penjelajahan ke objek-objek wisata berikutnya. Dari Pantai Trianggulasi,
berjarak sekitar 5 km arah barat merupakan lokasi Pantai Ngagelan, tempat untuk menyaksikan
berbagai jenis penyu. Pantai ini menjadi tujuan penyu untuk bertelur, serta
menjadi lokasi khusus penangkaran penyu. Penyu-penyu tersebut umumnya mendarat
di pantai pada bulan Januari sampai September setiap tahun (Tuheteru, F.D. dan Mahfudz, 2012).
BAB III
METODOLOGI
A. Rancangan penelitian
Penelitian
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Peletakan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas tumbuhan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, sebaiknya dibuat suatu seri garis arah kompas (garis rintis) dalam komunitas tumbuhan yang akan diteliti, kemudian sejumlah titik contoh dipilih secara acak atau secara teratur sepanjang garis rintis tersebut.
- Pembagian areal sekitar titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran sama. Hal ini dapat dilakukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan garis rintis itu sendiri dan suatu garis yang tegak lurus terhadap gads rintis tersebut melatui titik contoh.
·
Di dalam metode ini di setiap titik pengukuran dibuat garis
absis dan ordinat khayalan, sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat
buah quadran. Pilih saw pohon di setiap quadran yang letaknya paling dekat
dengan titik pengukuran dan ukur jarak dari masing-masing pohon tersebut ke
titik pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap keempat pohon
yang terpilih.
B. Waktu dan Tempat
KKL
Analisis Vegetasi dengan metode PCQ dilaksanakan pada Hari Jumat 24 Maret 2017 pada pukul 07.00 WIB-selesai. Tempat pelaksaannya yaitu di
Taman nasional alas purwo Banyuwangi transek 1. Lokasinya terbagi menjadi 25 plot.
C. Populasi dan sampel
Populasi
yang diamati berupa pohon yang berada di area plot dari kuadran 1,2 dan 4. Sampel pohon diambil dari 3 kuadran 25 plot.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu klinometer, bendera, roll meter, lembar
data, dan alat tulis sedangkan bahan yang digunakan hanya tali rafia.
E. Teknik
Pengumpulan Data
1. Arah
tertentu dibidik dengan menggunakan klinometer untuk mebuat plot.
2. Garis per plot dibuat sepanjang 10x10
meter. Plot ditandai dengan kuadran 1, 2, 3, 4.
3. Ditentukan pohon yang terdekat dari titik
pusat sesuai dengan arah mata angin dari keempat penjuru dengan syarat diameter
pohon minimal 30 cm2. Pohon yang diukur yang ada pada kuadran 1,2,
dan 4.
4. Jarak pohon ke titik pusat diukur, dan
diameter pohon tersebut dihitung berdasarkan data keliling batang pohon yang
telah diukur setinggi dada.
5. Kemudian tabulasi data dibuat, dan
dianalisis.
6. Pengamatan dilakukan pada 3 kuadrat dengan
ulangan plot sebanyak 25 kali
F. Teknik Analisis Data
Berbagai karakter tumbuhan dapat diukur, biasanya parameter vegetasi yang
umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan),
Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP dapat
diperoleh dengan berbagai cara metode sampling.
Perhitungan besaran nilai
kuantitatif parameter vegetasi adalah sebagai berikut:
|
Jarak
rata-rata individu pohon ke titik pengukuran
d = d1 + d2 + ..........+ dn
n
d = d1 + d2 + ..........+ dn
n
dimana:
d = jarak individu potion ke titik pengukuran di setiap quadran n = banyaknya pohon d = rata-rata unit area/ind., yaitu rata-rata luasan permukaan tanah yang diokupasi oleh satu individu tumbuhan. |
|
Kerapatan total semua jenis (K)
K= Unit
Area
(d) 2
1. Densitas
Densitas (kerapatan) adalah jumlah cacah individu suatu spesies per satuan
luas. Luas tersebut dalam meter persegi (m2).
Densitas seluruh spesies = Jumlah
cacah individu seluruh spesies
Luas area cuplikan
Perhitungan di atas adalah perhitungan densitas absolut atau disebut juga
densitas aktual. Untuk tujuan tertentu akan sangat berguna bila konstribusi
cacah individu dari satu spesies diekspresikan sebagai hubungan antara cacah
individu suatu spesies dengan total cacah individu seluruh spesies yang akan
ditemukan di dalam seluruh plot yang dikaji. Ini disebut sebagai densitas
relatif.
Densitas relatif spesies A
= Total cacah individu
spesies A x 100 % Jumlah total cacah individu seluruh
spesies
2. Frekuensi
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesies yang ditemukan
pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada plot mana saja
spesies tersebut ditemukan atau berapa kali munculnya suatu spesies pada plot
yang diteliti. Frekuensi diekspresikan sebagai presentase munculnya cacah plot
tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A = Jumlah
plot terdapatnya spesies A x 100 %
Jumlah seluruh plot yang dicuplik
Frekuensi dapat dinyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat
juga diekspresikan dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A
= Total frekuensi spesies
A x 100 %
Jumlah total frekuensi seluruh spesies
3. Dominansi
Dominansi suatu spesies dapat ditentukan dengan mengukur basal area pohon
atau penutup (coverage) pohon atau herba. Luas basal area suatu jenis
pohon dapat diperoleh dari diameter pohon setinggi 1,5 m dari permukaan tanah.
Bila pohonnya mempunyai akar banir maka diameter pohon diukur langsung di atas
banirnya. Penutup pohon atau herba adalah luas proyeksi tajuk atau kanopi pohon
atau herba. Penentuannya hampir mirip dengan penentuan densitas, satuannya adalah
cm2 atau m2.
4. Indeks Nilai Penting (INP)
Merupakan penjumlahan nilai relatif dari frekuensi, kerapatan
(densitas) dan dominansi suatu jenis. INP sering dipakai karena memudahkan dalam
interprestasi hasil analisis vegetasi.
BAB IV
HASIL DATA DAN ANALISIS DATA
- Data Pengamatan
Tabel
4.1 Data hasil Pengamatan PCQ (Point Centered Quarter)
Titik
Sampling
|
No.
Kuadran
|
Jarak
(cm)
|
Nama
Tumbuhan
|
Keliling
Pohon
(cm)
|
Tinggi
Pohon
(α, Jarak Pengamatan (cm))
|
Diameter
Pohon
(cm)
|
Tinggi
Pohon
(cm)
|
1
|
1
|
120
|
Mammea odorata
|
70
|
(45ο,
320)
|
22,29
|
460
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
220
|
Mammea odorata
|
55
|
(45ο,
320)
|
17,52
|
460
|
|
4
|
460
|
Mammea odorata
|
59
|
(60ο,
400)
|
18,79
|
832
|
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
170
|
Pongamia pinnata
|
37
|
(30ο,
300)
|
11,78
|
313
|
|
3
|
200
|
Guettarda speciosa
|
33
|
(40ο,
200)
|
10,51
|
308
|
|
4
|
280
|
Pongamia pinnata
|
35
|
(40ο,
420)
|
11,15
|
492
|
|
3
|
1
|
360
|
Hernandia peltata
|
50
|
(20ο,
420)
|
15,92
|
293
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
340
|
Alastonia spectabilis
|
46
|
(30ο,
490)
|
14,65
|
423
|
|
4
|
280
|
Pongamia pinnata
|
45
|
(40ο,
500)
|
14,33
|
560
|
|
4
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
75
|
Alastonia spectabilis
|
75
|
(20ο,
1500)
|
23,89
|
686
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
330
|
Alastonia spectabilis
|
50
|
(20ο,
560)
|
15,92
|
344
|
|
4
|
380
|
Alastonia spectabilis
|
80
|
(20ο,
700)
|
25,48
|
395
|
|
6
|
1
|
250
|
Hernandia peltata
|
85
|
(20ο,
850)
|
27,07
|
449
|
2
|
250
|
Alastonia spectabilis
|
80
|
(10ο,
260)
|
25,48
|
186
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
320
|
Alastonia spectabilis
|
60
|
(10ο,
450)
|
19,11
|
219
|
|
7
|
1
|
290
|
Alastonia spectabilis
|
45
|
(10ο,
400)
|
14,33
|
211
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
|
Alastonia spectabilis
|
50
|
(10ο,
400)
|
15,92
|
211
|
|
8
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
480
|
Sweetenia microphylla
|
80
|
(10ο,
250)
|
25,48
|
184
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
480
|
Alastonia spectabilis
|
75
|
(10ο,
750)
|
24,84
|
272
|
|
9
|
1
|
450
|
Alastonia spectabilis
|
70
|
(10ο,
360)
|
22,29
|
203
|
2
|
200
|
Guettarda speciosa
|
100
|
(10ο,
540)
|
31,85
|
235
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
440
|
Pongamia pinnata
|
130
|
(10ο,
580)
|
41,40
|
242
|
|
10
|
1
|
470
|
Sweetenia microphylla
|
90
|
(40ο,
630)
|
28,66
|
669
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
400
|
Alastonia spectabilis
|
45
|
(20ο,
320)
|
14,33
|
256
|
|
11
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
60
|
Guettarda speciosa
|
140
|
(20ο,
650)
|
44,59
|
376
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
370
|
Guettarda speciosa
|
100
|
(10ο,
480)
|
31,85
|
225
|
|
12
|
1
|
300
|
Sweetenia microphylla
|
240
|
(20ο,
1250)
|
76,43
|
595
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
280
|
Sweetenia microphylla
|
100
|
(15ο,
380)
|
31,85
|
202
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
13
|
1
|
410
|
Sweetenia microphylla
|
200
|
(30ο,
900)
|
63,69
|
660
|
2
|
360
|
Sweetenia microphylla
|
70
|
(30ο,
480)
|
22,29
|
417
|
|
3
|
200
|
Sweetenia microphylla
|
180
|
(20ο,
550)
|
57,32
|
340
|
|
4
|
170
|
Sweetenia microphylla
|
160
|
(20ο,
600)
|
50,95
|
358
|
|
14
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
300
|
Strebilus asper
|
38
|
(40ο,
320)
|
12,10
|
409
|
|
3
|
385
|
Sweetenia microphylla
|
55
|
(30ο,
580)
|
17,51
|
475
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
15
|
1
2
3
4
|
-
110
370
-
|
-
Sijigium littorale
Sijigium littorale
-
|
-
90
220
-
|
-
(70°,
470 )
(15°,
850 )
-
|
-
28,66
70,06
-
|
-
442,22
239,14
-
|
16
|
1
2
3
4
|
-
460
-
120
|
-
Sijigium littorale
-
Asadiran indica
|
-
170
-
100
|
-
(20°,
820 )
-
(20°,
500 )
|
-
54,14
-
31,85
|
-
307,43
-
183,68
|
17
|
1
2
3
4
|
-
-
-
-
|
-
-
-
-
|
-
-
-
-
|
-
-
-
-
|
-
-
-
-
|
-
-
-
-
|
18
|
1
2
3
4
|
170
-
500
-
|
Azadirachta indica
-
Azadirachta indica
-
|
150
-
420
-
|
(20°,
300 )
-
(20°,
860 )
-
|
47,77
-
133,75
-
|
201,87
-
321,99
-
|
19
|
1
2
3
4
|
340
-
-
400
|
Azadirachta indica
-
-
Sweetenia macrophylla
|
220
-
-
120
|
(20°,
730 )
-
-
(10°,
300 )
|
70,06
-
-
38,22
|
263,75
-
-
210,53
|
20
|
1
2
3
4
|
480
-
-
-
|
Sweetenia macrophylla
-
-
-
|
55
-
-
-
|
(20°,
600 )
-
-
-
|
17,51
-
-
-
|
314,71
-
-
-
|
21
|
1
2
3
4
|
300
-
430
-
|
Asadiran indica
-
Asadiran indica
-
|
140
-
120
-
|
(20°,
470 )
-
(20°,
540 )
-
|
136,86
-
38,22
-
|
249,19
-
296,51
-
|
22
|
1
2
3
4
|
240
-
140
-
|
Sijigium littorale
-
Sijigium littorale
-
|
105
-
110
-
|
(30°,
420 )
-
(35°,
460 )
-
|
33,44
-
35,03
-
|
278,56
-
238,03
-
|
23
|
1
2
3
4
|
-
340
310
-
|
-
Azadirachta indica
Azadirachta indica
-
|
-
170
100
-
|
-
(10°,
400 )
(10°,
370 )
-
|
-
166,86
31,85
-
|
199,95
194,66
-
|
24
|
1
2
3
4
|
-
280
250
270
|
-
Sweetenia macrophylla
Sweetenia macrophylla
Sweetenia macrophylla
|
-
100
250
100
|
-
(10°,
380 )
(20°,
580 )
(30°,
430 )
|
-
31,85
79,62
31,85
|
-
189,37
230,99
295,88
|
25
|
1
2
3
4
|
-
530
-
160
|
-
Azadirachta indica
-
Azadirachta indica
|
-
360
-
130
|
-
(30°,
600 )
-
(30°,
230 )
|
-
356,86
-
41,40
|
-
445,99
-
232,38
|
Tabel
4.2
Data factor Abiotik
Plot
|
Factor abiotik
|
||
Suhu udara (oC)
|
Kelembapan
Udara (%)
|
Suhu tanah (oC)
|
|
1
|
32
|
60
|
29
|
2
|
34
|
60
|
30
|
3
|
33
|
60
|
30
|
4
|
33
|
60
|
30
|
5
|
33
|
60
|
31
|
6
|
33
|
60
|
30
|
7
|
34
|
61
|
31
|
8
|
34
|
60
|
30
|
9
|
34
|
60
|
30
|
10
|
33
|
61
|
31
|
11
|
34
|
60
|
31
|
12
|
34
|
58
|
29
|
13
|
33
|
58
|
29
|
14
|
33
|
56
|
30
|
15
|
32
|
59
|
29
|
16
|
32
|
61
|
30
|
17
|
31
|
65
|
30
|
18
|
32
|
66
|
30
|
19
|
32
|
66
|
30
|
20
|
32
|
68
|
29
|
21
|
33
|
66
|
29
|
22
|
31
|
68
|
29
|
23
|
32
|
70
|
29
|
24
|
31
|
70
|
29
|
25
|
32
|
70
|
29
|
B.
Analisis Data
Perhitungan Basal
Area
BA = ¼ Ï€d2
·
Plot 1
Kuadran 1 (Mammea
odorata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (22,29)2
BA = 390,02 cm2
Kuadran 3 (Mammea
odorata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (17,52)2
BA = 240,96 cm2
Kuadran 4 (Mammea
odorata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (18,79)2
BA = 277,16 cm2
·
Plot 2
Kuadran 2 (Pongamia
pinnata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (11,78)2
BA = 108,93 cm2
Kuadran 3 (Guettarda
speciosa)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (10,51)2
BA = 86,71 cm2
Kuadran 4 (Pongamia
pinnata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 97,59 cm2
·
Plot 3
Kuadran 1 (Hernandia
peitata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (15,92)2
BA = 198,95 cm2
Kuadran 3 (Alashtonia spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,65)2
BA = 168,48 cm2
Kuadran 4 (Pongamia
pinnata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 161,19 cm2
·
Plot 4
Kuadran 2 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (23,89)2
BA = 448,02 cm2
·
Plot 5
Kuadran 3 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (15,92)2
BA = 198,96 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (25,48)2
BA = 509,65 cm2
·
Plot 6
Kuadran 1 (Hernandia
peitata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (27,07)2
BA = 575,24 cm2
Kuadran 2 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (25,48)2
BA = 509,65 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (19,11)2
BA = 286,68 cm2
·
Plot 7
Kuadran 1 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 161,19 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (15,92)2
BA = 198,96 cm2
·
Plot 8
Kuadran 2 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (25,48)2
BA = 509,65 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (24,84)2
BA = 484,37 cm2
·
Plot 9
Kuadran 1 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (22,29)2
BA = 390,02 cm2
Kuadran 2 (Guettarda
speciosa)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
Kuadran 4 (Pongamia
pinnata)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (41,4)2
BA = 1.345,46 cm2
·
Plot 10
Kuadran 1 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (28,66)2
BA = 644,79 cm2
Kuadran 4 (Alashtonia
spectabilis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (14,33)2
BA = 161,19 cm2
·
Plot 11
Kuadran 2 (Guettarda
speciosa)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (44,59)2
BA = 1.560,79 cm2
Kuadran 4 (Guettarda
speciosa)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
·
Plot 12
Kuadran 1 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (76,43)2
BA = 4.585,61 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
·
Plot 13
Kuadran 1 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (63,69)2
BA = 3.184,29 cm2
Kuadran 2 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (22,29)2
BA = 390,02 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (57,32)2
BA = 2.579,18 cm2
Kuadran 4 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (50,95)2
BA = 2.037,78 cm2
·
Plot 14
Kuadran 2 (Strebilus
asper )
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (12,10)2
BA = 114,93 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (17,51)2
BA = 240,68 cm2
·
Plot 15
Kuadran 2 (Sijigium
littorale)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (28,66)2
BA = 644,80 cm2
Kuadran 3 (Sijigium
littorale)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (70,06)2
BA = 3.853,09cm2
·
Plot 16
Kuadran 2 (Sijigium
littorale)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (54,14)2
BA = 2.300,95 cm2
Kuadran 3 (Tectona
grandis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32cm2
·
Plot 18
Kuadran 2 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (47,77)2
BA = 1791,35 cm2
Kuadran 3 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (133,75)2
BA = 14.042,91 cm2
·
Plot 19
Kuadran 1 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (70,06)2
BA = 3853,09 cm2
Kuadran 4 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (38,22)2
BA = 1.146,70 cm2
·
Plot 20
Kuadran 1 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (17,51)2
BA = 240,68 cm2
·
Plot 21
Kuadran 1 (Tectona
grandis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (136,86)2
BA = 14.703,57 cm2
Kuadran 1 (Tectona
grandis)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (38,22)2
BA = 1146,7 cm2
·
Plot 22
Kuadran 1 (Sijigium
littorale)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (33,44)2
BA = 877,81 cm2
Kuadran 3 (Sijigium
littorale)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (35,03)2
BA = 963,58 cm2
·
Plot 23
Kuadran 2 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (166,86)2
BA = 21.856,17 cm2
Kuadran 3 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
·
Plot 24
Kuadran 2 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
Kuadran 3 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (79,62)2
BA = 4.976,39 cm2
Kuadran 4 (Sweetenia
macrophylla)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (31,85)2
BA = 796,32 cm2
·
Plot 25
Kuadran 2 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (356,86)2
BA = 99.969,01 cm2
Kuadran 4 (Azadirachta
indica)
BA
= ¼ Ï€d2
BA = ¼ x 3,14 x (41,4)2
BA = 1.345,45 cm2
Rata-rata
jarak =
=
1635 cm
Densitas
mutlak = basal area x rata-rata
jarak
= 303.448,05
x 1635 = 496.137.561,8
Jumlah
pohon per 100 m2 =
=
=
0,000037408
Penghitungan densitas mutlak
Nama spesies
|
Jumlah
|
Jumlah kapasitas tumbuhan per 100 m2
|
Mammea odorata
|
0,0555555556
|
0,0000020782
|
Pongamia pinnata
|
0,074074074
|
0,00000277096
|
Guettarda speciosa
|
0,074074074
|
0,00000277056
|
Hernandia peitata
|
0,037037037
|
0,00000138548
|
Alastonia spectabilis
|
0,203703703
|
0,00000762014
|
Sweetenia
macrophylla
|
0,259259259
|
0,00000969837
|
Strebius
asper
|
0,018518518
|
0,00000692740
|
Sijigium
littorale
|
0,092592592
|
0,00000346370
|
Tectona grandis
|
0,55555555
|
0,00000207822
|
Azadirachta
indica
|
0,129629629
|
0,00000484918
|
TOTAL
|
0,00004364183
|
Penghitungan Densitas Relatif
Densitas Relatif =
Mammea
odorata =
Pongamia
pinnata =
Guettarda
speciosa =
Hernandia
peitata =
Alastonia spectabilis =
Sweetenia macrophylla=
Strebius asper =
Sijigium littorale =
Tectona grandis =
Azadirachta indica =
Menghitung Dominansi
Dominansi mutlak =
x Jumlah/100 m)
Dominansi
relative =
Nama
Species
|
|
Dominansi
mutlak
x Jumlah/100 m2) |
Dominansi
Relatif
(%)
|
Mammea odorata
|
302,7
|
0,00062907114
|
0,47
|
Pongamia pinnata
|
428,3
|
0,001186630848
|
0,89
|
Guettarda speciosa
|
810
|
0,0022441536
|
1,7
|
Hernandia peltata
|
387,1
|
0,0005363198809
|
0,4
|
Alastonia spectabilis
|
305,1
|
0,002324907192
|
1,76
|
Sweetenia macrophylla
|
1637,5
|
0,015881081
|
12,04
|
Strobilus asper
|
114,93
|
0,000796166911
|
0,6
|
Sijigium littorale
|
1728,1
|
0,005985626333
|
4,5
|
Tectona
grandis
|
5548,9
|
0,011531847
|
8,7
|
Azadirachta indica
|
18716,3
|
0,090758804
|
68,82
|
Jumlah
|
|
0,131874608
|
|
Menghitung Frekuensi
Frekuensi
mutlak =
Frekuensi relative =
Nama
Species
|
Frekuensi
mutlak
|
Frekuensi
relative (%)
|
Mammea odorata
|
4
|
2,86
|
Pongamia pinnata
|
12
|
8,57
|
Guettarda speciosa
|
12
|
8,57
|
Hernandia peltata
|
8
|
5,71
|
Alastonia spectabilis
|
28
|
20
|
Sweetenia macrophylla
|
32
|
22,86
|
Strobilus asper
|
4
|
2,86
|
Sijigium littorale
|
16
|
11,43
|
Tectona
grandis
|
8
|
5,71
|
Azadirachta indica
|
16
|
11,43
|
Menghitung INP
INP
= Densitas relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif
Nama
Species
|
Densitas
Relatif
(%)
|
Frekuensi
Relatif (%)
|
Dominansi
Relatif
(%)
|
INP
(%)
|
Rangking
|
Mammea odorata
|
4,76
|
2,86
|
0,47
|
8,09
|
10
|
Pongamia pinnata
|
7,6
|
8,57
|
0,89
|
17,06
|
7
|
Guettarda speciosa
|
6,34
|
8,57
|
1,7
|
16,61
|
8
|
Hernandia peltata
|
3,17
|
5,71
|
0,4
|
9,28
|
9
|
Alastonia spectabilis
|
17,46
|
20
|
1,76
|
39,22
|
3
|
Sweetenia macrophylla
|
22,22
|
22,86
|
12,04
|
57,12
|
2
|
Strobilus asper
|
15,87
|
2,86
|
0,6
|
19,33
|
6
|
Sijigium littorale
|
7,94
|
11,43
|
4,5
|
23,87
|
5
|
Tectona
grandis
|
11,11
|
5,71
|
8,7
|
25,52
|
4
|
Azadirachta indica
|
4,76
|
11,43
|
68,82
|
85.01
|
1
|
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil analisis data diketahui bahwa spesies tumbuhan yang memiliki nilai angka
penting di kawasan Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi yaitu, spesies yang memiliki nilai angka penting
paling besar ialah Azadirachta indica, dengan indeks nilai
penting sebesar 85,01 %, sedangkan spesies tumbuhan yang memiliki
nilai angka penting paling rendah pada vegetasi tersebut ialah Mammea odorata, dengan indeks nilai penting sebesar 8,09 %. Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo
termasuk tinggi. Diketahui lebih dari 700 jenis tumbuhan mulai dari tingkat
tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipe/formasi
vegetasi. Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo
kecik (Manilkara kauki). Selain itu tumbuhan yang sering dijumpai yaitu
ketapang (Terminalia catapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum),
kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 10
jenis bambu (Alas Purwo National Park, 2012).
Azadirachta
indica atau yang biasannya dikenal dengan Pohon Mimba ini memiliki klasifikasi sebagai
berikut :
Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Rutales
Suku
: Meliaceae
Marga
: Azadirachta
Jenis
: Azadirachta indica
Nama umum/dagang :
Mimba
Nama daerah
Jawa : Memba
(Madura)
Deskripsi
Habitus : Pohon, tahunan, tinggi 5-25 m
Batang :
Berkayu, Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak
terdapat dalam ukuran besar
Daun : Daun
mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk
menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah
helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis
seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,panjang 3-10,5 cm, Helaian
anak daun berwarna coklat kehijauan.
Bunga :Majemuk,
dalam karangan, di ketiak daun, ibu tangkai bunga silindris, kuning kecoklatan,
benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan.
Buah : Buah
mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak
daging buahnya berwarna kuning
Biji :
Biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah
berwarna putih.
Akar : Tunggang, coklat.
(Soerianegara
and Lemmens 1993).
Azadirachta
indica merupakan tanaman yang memiliki indeks nilai penting yang
paling tinggi dari pada tumbuhan yang didapatkan saat pengamatan PCQ yakni sebesar 85,01 %, hal ini berarti Azadirachta
indica merupakan spesies yang mendominasi, yaitu spesies yang paling banyak
ditemukan di setiap kuadran titik sampling pada analisis dengan metode point
centered quareter. Pendominansian ini menunjukkan bahwa Azadirachta indica memiliki toleransi hidup yang lebih tinggi
dibandingkan spesies tumbuhan lain untuk hidup dalam kawasan vegetasi tersebut.
Faktor ini mendukung tumbuhan Azadirachta
indica untuk memenangkan kompetisis antar spesies
pada ekosistem di daerah Triangulasi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo.
Bila dikaitkan dengan tempat ditemukannya, Azadirachta
indica ditemukan hanya pada plot 18- plot 25, dimana plot tersebut
rata-rata memiliki factor abiotik sebagai berikut :
·
Suhu luar : 32° C
·
Kelembapan udara: 68%
·
Suhu Tanah : 29°C
Faktor abiotik inilah yang membuat tumbuhan Azadirachta
indica mampu hidup baik dikawasan Triangulasi. Selain itu hal ini
juga didukung oleh pernyataan yang menyatakan bahwa Azadirachta
indica merupakan tanaman
tropis dan banyak ditemukan tumbuh liar dihutan jati serta didekat pantai.
Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung dan tahan hidup
ditanah gersang. Di Indonesia, Azadirachta indica tumbuh liar di hutan dan di tempat lain
yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-tepi jalan
sebagai pohon perindang. Banyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur,
Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat yang sangat kering, di pinggir jalan,
pada hutan yang terbuka (Backer
dan Van der Brink, 1965).
Mammea
odorata atau yang biasannya disebut dengan Nyamplung ini memiliki klasifikasi sebagai
berikut :
Divisi:Spermatophyta
Kelas:Magnoliopsida
Bangsa: Dicotyledoneae
Suku:Guttiferales
Marga:Mammea
Jenis: Mammea
odorata
Mammea
odorata merupakan tanaman yang memiliki indek nilai penting yang
paling rendah dibandingkan dengan tumbuhan jenis lain saat pengamatan PCQ yakni sebesar 8,09 %, hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut sangat jarang ditemukan pada
tiap titik sampling.
Bila dikaitkan dengan tempat ditemukannya, Filicium decipiens ditemukan hanya pada
plot 1, dimana plot tersebut rata-rata
memiliki factor abiotik sebagai berikut :
·
Suhu luar : 34°C
·
Kelembapan udara: 60%
·
Suhu Tanah : 30°C
·
Kelembapan Dalam: 0,5
Dilihat dari factor
abiotik pada daerah plot 1
ini sangat berbeda, terlihat bahwa tumbuhan
Mammea odorata
tidak ditemukan pada plot yang lain, tumbuhan ini mampu tumbuh di plot
satu yang merupakan daerah terdekat dengan pantai, karena menurut Soerianegara dan Lemmens (1993)
menyatakan bahwa habitat
Mammea
odorata pada tanah
berpasir yang terdapat di daerah tepi sungai dan tepi pantai yang berudara
panas.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Analisis vegetasi menggunakan metode point centered
quarter menggunakan nilai dominansi relatif, densitas relative dan frekuensi
relative untuk menentukan hasil INP suatu tumbuhan.
2. Berdasarkan
analisis statistik
diketahui spesies yang memiliki nilai angka penting paling besar ialah Azadirachta
indica dengan indeks nilai penting sebesar 85,01 %, sedangkan spesies tumbuhan yang memiliki nilai angka penting paling rendah
pada vegetasi tersebut ialah Mammea
odorata dengan indeks nilai
penting sebesar 8,09 %.
B.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka :
1. Disarankan
kepada mahasiswa yang melakukan penelitian selanjutnya untuk lebih teliti dalam
melakukan penelitian.
2. Disarankan
kepada mahasiswa untuk ikut berperan dalam menjaga kelestarian alam di sekitar
kita.
3. Disarankan
kepada masyarakat luas untuk tetap menjaga keanekaragaman tumbuhan yang ada di
lingkungan sekitar.
4.
Disarankan kepada
masyarakat umum untuk tidak menggunakan sumber daya alam khususnya
tumbuh-tumbuhan secara berlebihan.
DAFTAR RUJUKAN
Cottam, C.
& Curtis, J. T. 1956. The use of
distance measures in phytosociological sampling. Ecology, 37(3) 451-460. USA : Yale Univesity
Fakuara MY. 1990. Pengantar
Bioteknologi
Kehutanan. Bogor
: Dirjen Pendidikan Tinggi dan PAU IPB.
Gembong Tjitrosoepomo.
1993. Taksonomi Umum. 1993. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Kimball.
1999. Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga.
Lestari, Irene. 2013. Analisis Kesesuaian Vegetasi Lokal Untuk
Ruang Terbuka Hijau
Jalur Jalan di Pusat Kota Kupang. Malang :
Universitas Brawijaya
Martono, Djoko Setyo. 2012. Agritek. Analisis Vegetasi dan
Asosiasi antara Jenis-jenis Pohon Utama penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di
Taman Nasional Gunuung Rinjani Nusa Tenggara Barat vol 13 (2). (Online), (http://www.unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal%20Agritek/Jurnal%20Agri-tek%202012/September/3_Djoko%20SM%20hal %2018-27.pdf), diakses pada 24 April
2014.
Mitchell, Kevin. 2007. Quantitative Analysis by the
Point-Centered Quarter Method. NewYork : Hobart and William Smith Colleges.
Soerianegara, I.
and Lemmens, R.H.M.J. 1993.
Plant resources of
South-east Asia 5(1): timber trees: major commercial timbers. Wageningen : Netherlands.Pudoc
Scientific Publishers.
Steenis, V.
1981. Flora “Untuk Sekolah di Indonesia”.
Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita.
Sudarsono,
dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Biologi FMIPA UNY
Sugiarto., Willy Ekariyono. 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta:
Penebar Swadaya
Syafei, Eden
Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Tim Taman Nasional Alas Purwo. 2012. Data Statistik Balai Taman Nasional Alas Purwo Tahun 201
2. Banyuwangi :Balai Taman Nasional Alas Purwo.
Tjitrosoepomo,
G. 2002. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tuheteru, F.D. dan Mahfudz.
2012. Ekologi, Manfaat & Rehabilitasi, Hutan
Pantai Indonesia. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Pantai Indonesia. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Lampiran
Tabel Data Spesies tanaman yang ditemukan
No
|
Nama Taksa
|
Keterangan
|
Gambar
|
1.
|
Mammea odorata
|
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Dicotyledoneae
Familia: Guttiferales
Genus: Mammea
Spesies: Mammea
odorata
|
|
2
|
Pongamia pinnata
|
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Rosales
Famili: Ceasalpiniaceae
Genus: Pongamia
Spesies: Pongamia pinnata
|
|
3
|
Guettarda speciosa
|
|
|
4
|
Hernandia peltata
|
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Ranales
Famili : Hernandiaceae
Genus : Hernandia
Spesies : Hernandia
peltata Meissn.
|
|
5
|
Alastonia spectabilis
|
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apocynales
Famili: Apocynnaceae
Genus: Alstonia
Spesies: Alstonia
spectabilis
|
|
6
|
Sweetenia macrophylla
|
Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta
Sonokeling
Ordo: Swetenia
Famili: Meliaceae
Genus: Swetenia
Spesies: Swetenia makrophila
|
|
7
|
Streblus asper
|
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo:Urticales
Famili: Moraceae
Genus: Streblus
Spesies: Streblus asper Lour
|
|
8
|
Syzygium littorale
|
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Syzygium
Spesies: Syzygium
littorale
|
|
9
|
Tectona
grandis
|
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas
: Dycotyledoneae
Ordo
: Verbenales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Tectona
Spesies
: Tectona grandis L.
|
|
10.
|
Azadirachta indica
|
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Familia :
Meliaceae
Genus :
Azadirachta
Spesies : Azadirachta
indica
|
|
Wahh terimakasih kak ilmunya
BalasHapusSangat membantu sekali kak makasih..
BalasHapusterima kasih kembali kak uswatun hasanah
BalasHapusterimakasih kembali kakak sm*shblast pandaan city. maaf kalau pengetikan namanya salah
BalasHapusWah nice info gan. Mudah sekali dipahami. Semangat terus ya
BalasHapusSangat bermanfaat sis 😊
BalasHapusBagus zah. Semoga ilmunya bisa bermanfaat sampai kedepannya nanti 😊
BalasHapusBagus. Semoga bermanfaat. Lebih baik jika dilampirkan dengan gambar ketika praktikum
BalasHapusNice information, semangat untuk terus menulis walaupun sudah lulus matakuliah ekologi
BalasHapusNice one
BalasHapuspenulisan sudah rapi dan pembahasan sudah jelas :) terimakasih infonya
BalasHapusPenulisan sudah baik, suggestionnya lebih baik ditata kembali ketika copas dari word ke blog karena biasanya sering terubah formatnya, agar lebih rapi lagi. Overall, great! semangaat zizaah :)
BalasHapus